Poldakaltim.com, BALIKPAPAN,– Ribuan jamaah memenuhi Masjid At-Taqwa Balikpapan, Kaltim untuk memperingati Nuzulul Quran dan Tarawih berjamaah bersama Wakil Ketua MUI Pusat Prof Dr H Yunahar Ilyas LC. M.AG dan Kaba Intelkam Polri Komjen Pol Lutfi Lubihanto serta Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs. Safaruddin, Selasa (13/6/2017).
Peringatan Nuzulul Quran mengambil tema “Dengan Hikmah Peringatan Nuzulul Quran, Polri bersama masyarakat membangun ukhuwah Islamiyah dalam rangka mewujudkan daya tangkal terhadap radikalisme dan intoleransi di Kalimantan Timur.
Kaba Intelkam Polri Komjen Pol Lutfi dalam sambutannya mengatakan, pada bulan Ramadhan ini memberikan perhatian kepada sesama, memberikan perhatian dan mencerdaskan pribadi kita untuk tidak hanya sekadar cerdas intelektual, akan tetapi cerdas secara spritual dan sosial. Kecerdasan sosial itu harus diajarkan, harus diniati untuk memperhatikan kepada sesama, kepada kaum dhuafa, kepada fakir. Untuk memberikan rasa kebahagiaan, menyisihkah apa yang kita miliki. Jadi marilah kita bantu mereka di bulan Ramadhan ini.
“Untuk itulah, Polda Kalimantan Timur di bawah kepemiminan Bapak Kapolda (Irjen Pol Drs. Safaruddin, Red) dan pejabatnya, melakukan itu di seluruh jajaran. Alhamdulillah, Polda Kaltim ini dari putaran safari pertama itu terbanyak melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, bersama tokoh masyarakat, bersama unsur Pemerintah Daerah, bersama rekan-rekan TNI,†kata Kaba Intelkam Polri.
Dikatakan, Polda Kaltim melakukan kegiatan bersama masyarakat, untuk periode beberapa hari ini yang terakhir dengan rekapitulasinya 4.474 kegiatan dalam satu hari. Ini sangat luar biasa.
“Dan mudah-mudahan ini semua masyarkat, Polri dan unsur aparat, untuk bisa mengambil manfaat dan melakukan kegiatan-kegiatan di bulan Ramadhan,†katanya.
Kaba Intelkam melanjutkan sebagaimana diketahui bahwa ada beberapa aspek yang memerlukan perhatian kita semua. Kita sebagai orang tua, kita sebagai anak, dari kedua orangtua kita. Atau kita menjadi bagian dari warga masyarakat.
“Perhatian itu diantaranya, aspek-aspek ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, keamanan dan sebagainya,†katanya.
Hal-hal yang berkaitan dengan politik misalnya, telah memberikan dampak, walaupun kegiatan-kegiatan politik bersama program politik, dan partai politik untuk diperuntukkan, dirasakan publik/masayrakat. Dalam berpolitik, tapi masih menyisakan persoalan-persoalan yang harus kita semua peduli.
“Diantaranya, politik telah melalui terhadap kehidupan beragama. Kalau di Jakarta sana, ada beberapa tempat ibadah, dikait-kaitkan dengan hak memilih seorang calon. Harus mendapat perhatian kita, untuk kita perbaiki. Tempat ibadah, sedapat mungkin dapat gunakan menyelenggarakan, atau mencerdaskan aspek-aspek spiritual untuk beribadah kepada Tuhan,†kata Kaba Intel Polri.
Sementara itu, Wakil Ketua MUI dalam ceramahnya mengatakan, tujuan utama salat untuk mendapatkan pahala. Itu namanya salat ukrhowi. Nah dimana letak tawasudnya? Letak tawasudnya pada hal-hal yang bersifat duniawi, harus ada ukrowinya. Pada hal-hal yang bersifat ukrowi, harus ada duniawinya,†katanya.
Bekerja untuk cari gaji, tidak sembarang gaji, tetapi juga berharap mendapatkan pahala dari Allah. Salat tidak hanya untuk mendapatkan pahala, tetapi juga ada nilai-nilai obyektif dari salat yang dapat kita terapkan pada kehidupan di dunia ini.
Salat itu mengajarkan kepada kita bersih. Sebab kalau tidak bersih, tidak suci pakaian, tidak suci tempat salatnya, salatnya tidak sah.
“Harusnya, orang Islam yang salat, orang yang paling bersih termasuk toiletnya. Negara yang berbudaya yang beradab itu ukurannya adalah kebersihan toilet,†katanya.
Dicontohkan, bila kita berkunjung ke negara tetangga, jalan tol dari Singapura sampai Kuala Lumpur, sampai ke Klantan hingga ke Thailand, itu kiri kanan jalan, ada SPBU-SPBU, itu iklannya yang mereka jual adalah: Isilah BBM di tempat kami, toilet kami paling bersih,†kata Wakil Ketua MUI pusat, sembari menambahkan di Singapura itu toiletnya dinilai seperti hotel, bintang 3, bintang 4, bintang 5.
Salat, lanjutnya, juga mengajarkan kepada kita disiplin. Salat itu disiplin, teratur barisannya. Kalau diadakan upacara di lapangan, mengaturnya susah, depan berdiri, belakang duduk. Belakang berdiri, depan duduk. Tepi lihat di Masjidil haram, jamaah salat bisa teratur.
Diceritakan, ada orang muslim nonton TV Amerika, waktu orang mau salat. Lalu ditanyalah orang Amerika ini. Mester, coba lihat betapa banyaknya orang yang berada di sekeliling Kabah, nanti disusun rapi untuk salat. Kira-kira berapa lama waktu yang diperlukan. Dia (orang Amerika) melihat banyak orang, lalu menjawab: perlu waktu dua jam.
Orang muslim ini lalu menimpali, tetapi mister, mereka itu datang dari berbagai bangsa dan bahasanya berbeda-beda. “Wah itu, bisa lima jam,†jawabnya.
Tiba-tiba, terdengar suara iqomah, panggilan untuk memulai salat. Maka sebentar saja sudah rapi. Tidak sampai lima menit , begitu banyak orang dan sudah tersusun dengan rapi. Tidak ada petugas yang menyusun, hanya satu seorang muazin. Dan imam hanya formalitas untuk meluruskan barisan dan merapatkan shaf.
“Jadi dengan keimanan, dengan kita mau salat, begitu mudahnya orang Islam itu diatur. Tetapi, di luar salat… Laillahaillallah. Ada rambu dilarang parkir, orang tetap parkir. Diderek mobilnya, tetap parkir. Ditilang, juga masih parkir,†katanya.
(Humas Polda Kaltim)