SAMARINDA, Poldakaltim.com,– Ratusan jamaah masjid Al-Firdaus Jl. HOS Cokroaminoto, Samarinda Seberang menyambut kedatangan Kapolda Kaltim, Irjen Pol. Drs. Safaruddin, Rabu (13/9/2017)

Usai melaksanakan salat Isya, para jamaah dengan tenang mendengarkan tausiah Kapolda Kaltim yang berisi tentang ajakan agar tidak menggunakan media sosial untuk ujaran kebencian, melainkan untuk mempermudah beribadah dan mengajak berbuat baik kepada sesama maupun ciptaan Allah yang lain.

Kapolda ketika selfi bersama para pengurus dan jamaah.

“Kami berada di Masjid Al-Firdaus Samarinda Seberang untuk mengajak para jamaah agar berhenti saling menjelek-jelekkan media sosial, agar kita terhindar dari orang yang bangkrut di akhirat,” kata Kapolda Kaltim, sembari selfi bersama para jamaah.

Di dalam agama Islam disebutkan menggunjing atau ghibah, artinya menceritakan kejelekan orang. Betul orang itu ada pada dirinya. Jadi walau orang itu berbuat jelek tidak boleh diceritakan. Kemudian, Ibhu yaitu ikut mendengarkan gunjingan itu, malah menambah-nambah. Ini juga dilarang oleh agama. Selanjutnya Bhutan adalah menceritakan kejelekan orang lain yang tidak ada pada orang itu.

“Di media sosial banyak terjadi seperti ini. Ini yang harus kita cegah.Seharusnya media sosial itu kita gunakan sarana untuk beribadah. Untuk berlomba-lomba mengajak kebaikan. Jangan sebaliknya, digunakan untuk menjelek-jelekkan orang.

Dalam suatu perjalanan Nabi Muhammad  ketika Israk Mijrat, pada langit ke sekian Nabi Muhammad bertanya kepada malaikat Jibril: Hai Jibril, siapakah orang itu, yang kukunya panjang terbuat dari tembaga, pekerjanya menggaruk-garuk muka dan dadanya. Jibril menjawab: itulah kaum yang ketika masih hidup suka menceritakan kejelekan orang.

Jadi bapak-bapak ibu-ibu, habis salat isya pulang ke rumah masing-masing, coba dilihat jarijari kuku kita panjuang, terbuat dari tembaga atau tidak. Kalau kuku kita panjang segera dipotong.

“Berhenti menggunjing di media sosial. Sekarang juga berhenti menonton invotaimen yang membicarakan kejelekan orang. Kita kalau melihat invotaimen itu, gak mau pindah canel. Mau berangkat saja ditahan-tahan. Ibu-ibu saja kalau melihat invotaimen, makanan hangus,” kata Kapolda.

Dalam tausianya, Kapolda mengawali bahwa manusia sejak lahir memerlukan rasa aman. Bayi yang baru lahir akan menangis, namun setelah berada dalam pelukan ibunya dan mendapatkan selimut akan diam karena merasa aman. Begitu pula kalau kita membuat rumah akan membuat pagar yang bagus, pintu rumah dengan kunci yang bagus agar aman dari pencuri.

Pada saat Nabi Ibrahim meninggalkan anaknya Nabi Ismail bersama ibunya Siti Hajar di Makkah, yang pertama kali diminta dalam doanya adalah agar aman, baru kemudian rejeki dari buah-buahan yang melimpah. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqarah 126. Ya Allah berikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa dan berikan rejeki dengan buah-buahan. Minta aman dulu, baru minta rejeki.

“Dan kita tidak mungkin mencari rejeki atau nafkah dengan tenang kalau tidak aman. Coba lihat di negara-negara yang lagi kacau. Boro-boro mencari nafkah, menyelamatkan diri saja alhamdulillah kalau bisa. Akhirnya mengungsi,” kata Kapolda sembari bersyukur di Kalimantan Timur termasuk yang aman berkat doa kita semua.

Nah, kita di Indonesia juga perlu rasa aman. Kendati itu ada yang selalu menganggu kita saat ini, dan itu menganggu keamanan. Menganggu persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Menganggu persatuan dan kesatuan umat Islam.

“Kami berharap bapak-bapak, tolong kerjasama dengan Polri. Kita bersinergi bersama-sama menjaga keamanan, karena keamanan adalah kebutuhan bersama. Polri tidak akan berhasil menjaga keamanan dan ketertiban, tanpa bantuan dari bapak-bapak,” kata Kapolda Kaltim di akhir tausiahnya.

(Humas Polda Kaltim)

Share.

Comments are closed.

© Copyright 2024 || Polda Kaltim kaltim.tribratanews.com

Exit mobile version